Selasa, 22 Oktober 2013

Hidup Anak Kost: 9 Tips dan Pelajaran Nge-kost

Dinamika hidup sebagai anak kost sangat menarik untuk ditelusuri dan didokumentasikan. Banyak kisah yang bisa diceritakan, misalnya pengalaman mencari tempat kost, mendesain dan melengkapi kamar kost supaya nyaman, beradaptasi menjadi anak kost yang jauh dari orang tua,
strategi bertahan sebagai anak kost hingga manfaat yang dirasakan sebagai anak kost. Bermula dari pemikiran di atas, sebagai anak kost selama kurang lebih 10 tahun yang tinggal
di 4 tempat yang berbeda; Salatiga, Denpasar, Jakarta dan Groningen; saya ingin membagikan cerita dan kisah dari pengalaman pribadi sejak pertama kali menjadi anak kost di pertengahan tahun 2003 hingga sekarang. Pengalaman-pengalaman yang ditulis ini sekiranya bisa bermanfaat, terutama bagi mereka yang akan/ingin/sedang hidup sebagai anak kost yang jauh dari orang tua

Persiapan mental - Persiapan mental menjelang nge-kost itu sangat penting sebab akan mengalami bagaimana rasanya tinggal jauh dari orang orang tua. Ketika masih tinggal bersama orang tua, biasanya segala sesuatu sudah disiapkan dan tersedia, misalnya dalam hal makanan atau fasilitas-fasilitas rumah lainnya. Namun, pada hari pertama nge-kost dan seterusnya, segala sesuatu harus dilakukan sendiri. Oleh sebab itu, sebelum nge-kost ada baiknya sudah mulai melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah secara mandiri.
Memilih tempat kost - Lokasi tempat kost dan lingkungan akan pada banyak banyak hal. Oleh sebab itu, pikirkan baik-baik ketika memilih tempat kost. Jauh-jauh sebelumnya, sebaiknya meminta rekomendasi dari teman/kerabat di kota yang dituju. Kalau di luar negeri, gabung di milis atau grup pelajar yang bisa memberikan banyak info tentang kost/tempat tinggal. Jika memungkinkan, lakukan kunjungan ke tempat-tempat kost yang direkomendasikan untuk melihat situasi tempat kost, kamar yang hendak ditempati, pemilik dan penghuni kost, lingkungan dan masyarakatnya, termasuk fasilitas-fasilitas transportasi yang relatif dekat dengan sekolah/kampus/kantor dan warung/toko-toko yang terdekat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Menata dan melengkapi kamar kost - Di manapun berada, kenyamanan tempat tinggal penting. Oleh sebab itu, bagian menata dan melengkapi kamar kost sangat penting agar bisa betah nge-kost. Ada tempat kost-kostan yang sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas dasar, misalnya kasur dan meja belajar; ada pula yang hanya kamar saja. Maka itu, jika sudah menentukan pilihan tempat kost, segera catat barang-barang apa saja yang perlu dimiliki. Ada orang tua yang rela mengantarkan pindahan barang dari rumah, namun banyak pula yang harus mencari sendiri barang-barang perlengkapan kamar. Untuk itu, perhatikan anggaran yang dimiliki. Tidak harus membeli barang baru, banyak kakak angkatan/tetangga kost yang hendak mau pindah bisa didekati lantas membeli barang-barangnya. Jika di Groningen, bisa mencari disecond hand shops dengan kualitas yang masih bagus tetapi harganya murah.
Belajar Berpikir dan Berprioritas - Karena harus mengatur segala sesuatunya, nge-kost menjadi tempat belajar berpikir dan mengatur hidup. Karena tinggal jauh dari orang tua, mereka yang nge-kost mau tidak mau harus berpikir bagaimana agar hidup terus berjalan secara normal. Mereka perlu berpikir mengatur keuangan yang terbatas, namun kebutuhan dan keinginan yang tan batas. Maka itu, mereka perlu membuat skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan dan kepentingan, termasuk menyisihkan uang sebagai tabungan. Ketika harus menyusun rencana seperti itu, maka secara tidak langsung kita banyak belajar dan merasakan bagaimana orang tua mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan pelajaran tersebut, akan bermanfaat untuk masa depan ketika berkeluarga nanti.
Belajar mandiri - Selain dalam hal keuangan, nge-kost juga menjadi media belajar hidup mandiri. Jika sedari kecil banyak tergantung dengan peran orang tua, maka ketika nge-kost, segala sesuatu harus mulai dikerjakan sendiri,misalnya memasak, mencuci baju, membersihkan kamar, bangun pagi untuk ke sekolah/kuliah/bekerja. Mungkin sekarang banyak jasa-jasa yang dibuka untuk menyasar para penghuni indekosan; misal laundry kiloan, katering etc; namun sekali lagi berpulang ke masing-masing individu bagaimana skala prioritas mengatur finansial dan waktu sehingga hidup di indekosan bisa berjalan dengan normal dan nyaman.
Konsekuen pada pilihan - Pada titik tertentu, saya seringkali merasakan sangat berat hidup jauh dari orang tua, apalagi ketika jatuh sakit. Segala sesuatu harus dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan sendiri, tanpa ada keluarga. Baru bangun tidur sudah berpikir banyak hal, sementara ketika berada di rumah, segala sesuatu sudah tersedia. Namun, saya banyak belajar supaya saya konsekuen dengan pilihan untuk hidup nge-kost. Itu sudah menjadi pilihan saya, berarti saya harus menghadapi konsekuensi atas pilihan tersebut. Saya harus rela kehilangan kesempatan mencicipi masakan Emak, kehilangan kebersamaan dengan keluarga dan sebagainya. Namun, saya percaya kalau saya akan mendapat banyak pelajaran hidup dari pilihan saya itu.
Konsultasi dengan Orang Tua - Meskipun hidup di indekosan, ingin belajar hidup mandiri, namun bukan berarti putus kontak dan tidak bergantung pada orang tua. Sebaiknya, secara rutin tetap menghubungi dan mengirim pesan ke orang tua. Bagaimanapun, sebagai orang tua, pasti mereka tetap memiliki rasa khawatir pada anak-anaknya meskipun mereka sudah dewasa. Dengan berkirim pesan singkat, BBM, telepon dan dengan metode lainnya, orang tua akan merasa tenang mendengar kabar anak-anaknya yang sedang berada di luar kota. Selain itu, tidak ada salahnya juga bertanya dan berkonsultasi ke orang tua tentang segala sesuatu yang dihadapi dan menjadi kendala selama hidup nge-kost.
Bersosialisasi dengan Pemilik Kost, Warga Kost dan Masyarakat Sekitar - Agar tidak kesepian, upayakan bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman kost yang lain, pemilik kost bahkan dengan warga sekitar. Buat acara-acara bersama seperti piknik, belanja, masak bersama untuk menciptakan rasa kebersamaan. Jika pemilik kost menempati rumah yang sama, sering bantu kalau pemilik kost memerlukan bantuan. Siapa tahu akan seperti teman saya yang menjadi pacar anak perempuan pemilik kost dan menikmati fasilitas berbeda dengan penghuni kost yang lain. Selain itu, penting juga bergaul dengan lingkungan warga sekitar. Kalau menurut pepatah Jawa, “Pager mangkok luwih kenceng tinimbang pager tembok” yaitu hidup bergaul dan bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar akan menimbulkan rasa aman. Kalau misalkan kita sering menolong orang lain, maka kita pasti akan ditolong manakala membutuhkan. Contoh kongkritnya, ikut kerja bakti warga. Selain akan lebih guyub rukun dengan warga, juga akan ada kesempatan mendapatkan konsumsi gratis. Yang terpenting bisa mengatur waktu.
Kontak Penting - Karena jauh dari keluarga, berikan kontak penting keluarga dan orang yang dipercaya di tempat indekosan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan atau berita-berita penting lainnya. Hal ini juga diperlukan untuk mengantisipasi kejahatan/penipuan yang seringkali menyasar orang-orang nge-kostdengan menipu bahwa keluarga mengalami kecelakaan dan membutuhkan uang. Selain itu, jika bepergian ke tempat lain, beritahu keluarga dan orang-orang terdekat, misalnya kota yang dituju dan dengan siapa saja, supaya jika ada sesuatu hal bisa dapat ditelusuri.
Itulah tips dan pelajaran nge-kost dari saya. Oya jangan lupa lapor RT/RW di lokasi kost ya supaya tidak ada masalah dan aman dalam hal administrasi. Yang penting juga tetap waspada, terutama dengan keamanan barang-barang di kamar. Waspadai setiap orang yang keluar masuk ke lingkungan kost dan jangan pernah lupa mengunci kamar.
Kalau sudah selesai nge-kost pasti akan merasa kangen dengan pengalaman-pengalaman yang sudah terlewati. Meskipun dijalani terasa berat, namun dalam beberapa waktu kemudian, semuanya terlihat normal dan lancar-lancar saja, bahkanngangeni. Semoga bermanfaat ya. Sekian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar